HARUSKAH NYAWA DIBAYAR DENGAN MOTOR ?

http://www.facebook.com/andnisha

Tanggal 12 april 2013
Pagi ini aku dikejutkan dengan sebuah cerita dari rekan kerjaku. Dengan suara menggebu-gebu beliau bercerita tentang menjenguk salah seorang tetangganya tadi malam. Tadinya tak ada yang aneh dengan cerita tersebut, tapi ketika cerita beralih ketika menjenguk anak tetangganya yang minum ‘obat suket’ atau obat tanaman karena minta dibelikan motor. Hah? Bagaimana bisa, hanya minta motor harus nekat minum obat itu. 
Singkat cerita karena tak juga dibelikan motor karena orang tuanya beralasan mau dijualkan tanah dulu ia nekat minum obat itu, entah hanya karena ingin menggertak kedua orang tuanya atau entah karena pikirannya memang pendek terjadilah kejadian itu. Ia ditemukan kedua orang tuanya dalam keadaan ‘teler’ setelah minum obat itu. Bagaimana jika aku adalah orang tuanya aku merinding membayangkannya. Kasihan sekali orang tua itu, kata temanku pula mereka bukan dari keluarga yang cukup berada. Hanya seorang tani yang harus merawat orang tuanya juga yang lumpuh. Masya allah, dan sekarang harus mengurus anak mereka di rumah sakit. Berapa biaya di rumah sakit pun langsung tergambar di otakku. 
Temanku marah-marah ‘gemes’ katanya sama anak itu,’wong kok gak ngelingi wong tuwone, cupet banget pikirane’. Mungkin minder kali mbak gak punya motor. Aku memberi opsi kemungkinan. ‘tapi kan yo dialesi dijualke tegal dek’ sanggahnya lagi. Aku pun diam,mungkin benar. aku bersyukur aku punya orang tua yang baik. Ibuku selalu bilang kalau aku pengen sesuatu maka aku harus berusaha sendiri dengan begiitu aku akan tahu betapa berharganya hal itu. Aku pikir benar juga kata ibuku dulu. Ketika aku ingin hp baru aku Cuma dibelikan hp second yang jadul setengah mati. Tapi, kini aku bisa beli sendiri hp sesuai budgetku sendiri. Dan sungguh itu benar-benar sangat memuaskan. 
Cerita berlanjut ketika sore harinya temanku mendapat kabar bahwa anak itu meninggal. Innalillahi wa innailaihi roji’un. Banyak orang yang menyayangkan kejadian itu. Meninggal hanya karena ingin sepeda motor. Ia dikubur sekitar pukul 17.00 wib. Malam hari nya aku sempat berbincang dengan sahabatku membicarakan cerita ini. Biar bagaimanapun desa kami memang lagi heboh membicarakannya. Sahabatku berujar ‘kasihan sekali orang tuannya dan anak itu ya.” aku mengiyakan ‘betul juga ya’ dari tadi aku selalu berfikir dari sudut pandang orang tuanya, aku sama sekali belum membuat kemungkinan menjadi anak itu. ‘cara mendidik teman anak itu juga harus diperhatikan’timpal temanku itu. Ternyata benar, sahabatku itu berfikir dari sudut pandang itu. Bisa jadi anak itu minder sama teman-temannya di sekolah. Tak ada yang tak mungkin kan? Meski begitu, bunuh diri juga bukan solusi. Jika setiap anak diberikan pengertian tentang agama lebih kita perhatikan mungkin kejadian seperti tak perlu terjadi. Di sinilah peran utama orang tua benar-benar dibutuhkan. Wallahua’lam bi shawab.

0 komentar:

Posting Komentar